Rabu, 22 Februari 2012

Metode Isolasi Jamur APH dari Sampel Tanah (Baiting Method)


Tanah merupakan habitat berbagai mikro organisme seperti dari golongan jamur,  serangga, nematoda, bakteri, dan banyak mikro organisme lain. Jamur termasuk golongan yang cukup dominan di dalam tanah, baik perananya sebagai patogen tanaman, dekomposer, bahkan sebagai agen pengendali hayati. Jamur di dalam tanah yang berperan sebagai agen pengendali hayati dapat diisolasi agar diperoleh isolat murni. Jamur agen hayati tular tanah dikelompokkan sebagai jamur patogen serangga (entomopatogen) dan antagonis. Penentuan sampel tanah sangat penting dalam keberhasilan mendapatkan jamur pengendali hayati. Setiap jamur agen hayati memiliki kekhasan jenis, struktur, dan komposisi tanah sebagai habitatnya.

1.        Jamur entomopatogen

   Kebanyakan jamur entomopatogen menginfeksi serangga melalui penetrasi integument. Penetrasi epikutikula terjadi secara mekanis dan penembusan ke lapisan bagian bawahnya berlangsung secara enzimatis. Setelah penetrasi integument, jamur  entomopatogen membentuk hifa yang selanjutnya menyebar dan berkembang ke seluruh tubuh. Dalam fase demikian, jamur biasanya menghasilkan senyawa toksin yang dapat mematikan serangga inang. Beberapa jamur entomopatogen yang telah banyak digunakan sebagai agen pengendali hama antara lain, Beauveria bassiana, Metharizium anisopliae, Cordyceps militaris, Verticillium lecani, Spicaria sp, dan lain-lain.


Metode isolasi

  • Sampel tanah yang diambil dari lapang dimasukkan ke dalam stoples plastik secukupnya, kira-kira setengah stoples.
  • Di atas tanah dalam stoples diletakkan beberapa serangga perangkap berupa ulat hongkong (tenebrio molitor) atau serangga lain
  • Sebelum ulat hongkong dimasukkan, tanah di dalam stoples dilembapkan dengan menambahkan air secukupnya untuk menjaga kelembaban.
  • Selanjutnya stoples ditutup menggunakan kain kasa agar ulat hongkong tidak keluar dari stoples, kemudian diinkubasikan selama 1 s.d 2 minggu di tempat gelap agar serangga perangkap bergerak aktif, sehingga mudah kontak dengan jamur entomopatogen yang berada di dalam sampel tanah tersebut.
  • Sampel jaringan ulat hongkong yang terinfeksi dibersihkan dari partikel tanah dan dicelupkan beberapa saat ke dalam larutan clorox, alkohol, dan dibilas dengan aquadest steril, kemudian ditanam pada media Sabroud Dekstrose Agar Yeast (SDAY) dan diinkubasikan selama 5 s.d 7 hari.
  • Jamur-jamur yang tumbuh pada media diisolasi dan diidentifikasi secara makroskopis dan mikroskopis.
  •  Jamur entomopatogen yang diperoleh ditularkan kembali (reinokulasi) pada serangga uji.
  • Jamur entomopatogen yang virulen diperbanyak dan dikembangkan untuk pengendalian serangga hama di lapangan.



2.        Jamur antagonis 

      Jamur antagonis didefinisikan sebagai kelompok jamur yang dapat menekan/menghambat pertumbuhan dan perkembangan patogen tanaman. Di alam pada kondisi tertentu, rizosfer tanaman banyak dihuni oleh antagonis, sehingga aktivitas patogen di dalamnya dapat ditekan. Keadaan tanah seperti ini sering diistilahkan sebagai tanah berpenekanan (supressive soil). Mekanisme antagonistik terhadap patogen terjadi melalui beberapa tipe aktivitas seperti antibiosis, lisis, kompetisi, dan parasitisme. Beberapa jamur antagonis yang telah banyak digunakan sebagai agen pengendali hayati antara lain Trichoderma spp., Gliocladium spp., Artrhobotrys sp, dan lain-lain.

 Metode isolasi

 Metode isolasi antagonis yang umum digunakan adalah dengan pengenceran bertingkat 
(serial  dillution) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  • Sampel tanah sebanyak 1 gr  dimasukan ke dalam 9 ml air steril dalam tabung reaksi (10-1) secara aseptis, kemudian dilarutkan (dikocok) menggunakan vortex mixer selama + 30 menit.
  • Suspensi dari tabung pengenceran pertama diambil 1 ml dengan pipet ukur, kemudian dipindahkan ke tabung 10-2 secara aseptis kemudian dikocok kembali sampai homogen. Pemindahan dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir (pengenceran ke 5 atau 6) dengan cara yang sama, hal yang perlu diingat bahwa pipet ukur yang digunakan harus selalu diganti, artinya setiap tingkat pengenceran digunakan pipet ukur steril yang berbeda/baru. Prinsipnya bahwa pipet tidak perlu diganti jika memindahkan cairan dari sumber yang sama (gambar 1).
  • Suspensi dari pengenceran terakhir di ambil 1 ml dan dituangkan di atas media Potato Dextrose Agar (PDA) kemudian diinkubasikan selama 5-7 hari.
  • Jamur-jamur yang tumbuh pada media diisolasi dan diidentifikasi secara makroskopis dan mikroskopis.
  • Kultur murni antagonis diujikan dengan jamur patogen untuk mengetahui tingkat penghambatan antagonis terhadap patogen.
  •  Antagonis yang virulen diperbanyak dan dikembangkan untuk keperluan pengendalian.




Gambar. Mekanisme pengenceran bertingkat (serial dillution) dan penuangan pada media (sumber gambar: www.ekmon-saurus.blogspot.com)


Compiler: fais

Tidak ada komentar:

Posting Komentar