Senin, 14 Januari 2019

MENGENAL SOSOK MIEN ACHMAD RIFAI ILMUWAN INDONESIA PENEMU SPESIES Trichoderma


Bagi para biologiwan termasuk yang membidangi ilmu-ilmu tentang jamur (mikologi), tentu tidak asing dengan ilmuwan yang satu ini. Sumbangsihnya yang besar di bidang biologi membuatnya dikenal dunia. Hingga saat, ini karya-karya beliau sering menjadi rujukan para pakar di bidang botani dan mikologi. Bahkan, buku terbaru yang juga mejadi rujukan penulis yang berjudul “Trichoderma and Gliocladium” karya Cristian P Kubicek dan Gary E. Harman (editor) juga merujuk karya beliau yang cukup fenomenal. Beliau adalah Prof. Mien Achmad Rifai, M.Sc.,Ph.D. yang akrab dipanggil Pak Mien.
Pak Mien lahir di Desa Gapura Tengah, Sumenep, Madura, pada tanggal 1 Januari 1940 dari pasangan Mas Atmosugondo dan H. Halimatusyabiah. Sejak sekolah dasar (1946) sampai dengan sekolah menengah atas ia menetap di Pamekasan. Pada masa remaja ia tertarik pada bidang budaya, sehingga ia bercita-cita menjadi seniman. Namun, orang tuanya tidak merestuinya karena hidup sebagai seniman tidak akan mendapatkan kehidupan yang baik. Akhirnya, ia memilih menjadi ilmuwan.
Setelah tamat SMA (1958), ia melanjutkan sekolah di Akademi Pertanian Ciawi Bogor. Pada tahun 1961, ia menyelesaikan pendidikan sarjana mudanya Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman dengan spesialisasi pengendalian hama oleh jamur. Pada tahun 1962 ia mengikuti tugas belajar di Universitas Sheffield, Inggris, dan magisternya diselesaikan dalam waktu dua tahun. Sehingga, dalam usia 26 tahun ia berhasil meraih gelar doktor.

Penemuan Spesies Baru Trichoderma
Berawal dari riset untuk keperluan tesis masternya, Pak Mien harus meneliti tentang daur hidup sekelompok jamur di inggris. Di tengah risetnya, beliau tertarik dengan persoalan taksonomi jamur tanah yaitu Trichoderma. Pada waktu itu, orang mengira hanya ada satu spesies Trichoderma di dunia, tapi kemudian dibuktikan oleh Pak Mien ternyata ada 50 spesies. Hasil riset ini mengguncang dunia mikologi. Oleh karena itu berdasarkan penemuannya, sistem klasifikasi Trichoderma direvisi secara keseluruhan dan hal ini menjadi awal dari terbitnya karya beliau yang berjudul “A Revision of The Genus Trichoderma”. Padahal itu terjadi pada tahun 1964 ketika DNA belum digunakan sebagai alat identifikasi, dan setelah ada metode identifikasi menggunakan karakter DNA, terbukti bahwa riset beliau benar.
Beliau juga menemukan berbagai kejanggalan sistem klasifikasi yang dianut para ilmuwan saat itu, ketika membandingkan kelas jamur Discomycetes Pezizales di Australia. Beliau mengususlkan perombakan besar-besaran dan menciptakan subordo Sarcocyphineae Rifai dan Pezizineae Rehm emend Rifai. Beliau juga meredefinisi konsep dan menciptakan 14 marga baru. Dalam empat tahun terakhir, temuan dan nama Pak Mien telah mendapat tempat mapan dan terhormat dalam kepustakaan mikologi internasional. Temuannya di bidang taksonomi dan etnobotaninya telah dipublikasikan dalam 300 jurnal internasional, belum termasuk 30 buku tentang hal yang sama. Tak kurang dari 80 jenis jamur juga menyandang nama Rifai yang tercantum di belakang nama spesies, antara lain Trichoderma harzianum Rifai., Trichoderma aureoviride Rifai., Trichoderma Puliluferum Webster & Rifai, dan lain-lain.
Riset yang dilakukan Pak Mien ini terbilang sangat luar biasa dan langka di dunia penelitian. Penemuan Pak Mien tentang jamur membuat beliau menjadi kiblat bagi para ilmuan lainnya, jika ada yang ingin melakukan riset tentang jamur. Beliau juga kerap dipercaya untuk menjadi narasumber utama pada acara seminar nasional maupun internasional. Setelah mendapatkan gelar Ph.D tahun 1967, Mien kembali ke Indonesia
Tidak cukup sampai di situ, setelah melakukan penelitian dan observasi lapangan Pak Mien juga menemukan lebih dari 100 tumbuhan baru yang belum bernama. Beliau pun menambahkan nama Rifai di belakang nama tumbuhan yang ditemukannya.

Karir Keprofesian
1.      Sebagai Ahli Jamur dan Botani
Pak Mien memulai kariernya sebagai guru praktik zoologi di Akademi Pertanian Ciawi, Bogor, pada tahun 1960-1962. Ia juga pernah menjadi demonstrator botani di Universitas Sheffield, Inggris (1963-1967). Pada tahun 1967, ia berkecimpung sebagai peneliti. Pada tahun 1976 ia menjadi peneliti utama LIPI. Pada tahun 1993, Pak Mien diangkat sebagai Guru Besar Luar Biasa di Universitas Indonesia (Jakarta) dan Institut Pertanian Bogor dalam bidang biologi.
Jabatan yang pernah diembannya, antara lain, Asisten Ilmu Hayat Herbarium Bogoriense, Bogor (1962), Kepala Herbarium Bogoriense, Bogor (1968-1977), Asisten Direktur Ilmiah Lembaga Biologi Nasional, LIPI, Bogor (1978-1985), Ketua Kelompok Peneliti Taksonomi Herbarium Bogoriense, Bogor (1989), Staf Ahli Wakil Ketua LIPI (1978-1992), Asisten II Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Pengembangan (1995), Asisiten V Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Kebijakan (1998-2000), dan Pjs. Sekretaris Jenderal Dewan Riset.
Selain itu, ada jabatan lain yang pernah diembannya, yaitu sebagai Komisi Tetap di Komisi Ahli Perpustakaan Biologi dan Pertanian, Departemen Pertanian (1968-1971), sebagai Standing Committee of Botany, Pacific Science Assiociation, Hawai (1971-1974), Sekretaris Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Nasional (1975-1996), Komisi Tetap di Internasional Committee of Museum, Paris (1976-1992), sebagai Executive Committee of International Mycological Association di London (1983-1990), Komisi Tetap di Nomenclatural Committee for Fungi and Lichenes IAPT, New York (1986-1993), Komisi Tetap di Dewan Riset Nasional, Jakarta (1993), Chairman Flora Malesiana Foundation, Leiden (1995-2001), Panitia Akreditasi Jurnal Ilmiah, Direktorat Pendidikan Tinggi (1995), Komisi Disiplin Ilmu Majelis Pendidikan Indonesia (1995), dan Ketua Panel Riset Unggulan Terpadu Bidang Lingkungan (2000).
Sebagai seorang ilmuwan, Pak Mien banyak mengikuti pertemuan ilmiah, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pertemuan ilmiah dalam negeri yang diikuti, antara lain, Biotrop Indonesia National Meeting di Yogyakarta (1968), Simposium Fitopatologi di Bogor (1970), Asia Pacific Weed Seince Society Conference di Jakarta (1977), Pemanfaatan Biologi Terapan dalam Kewiraswastaan di Unsoed, Purwokerto (1987, Sidang Mabbim Ke-35 di Bukittinggi (1996), Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah di Unair, Surabaya (1997), dan Seminar Nasional Penggalang Taksonomi untuk Keperluan Masa Depan Indonesia di UNS, Solo (2003),
Pertemuan ilmiah di luar negeri yang dihadiri oleh Pak Mien, antara lain, XII Pacific Science Congress di Canberra, Australia (1971), First ASEAN Orchid Congress di Bangkok (1975), Seminar on Tropical Fungal Ecologi di Inggris (1988), Sidang Pakar Mabbim Ke-4 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam (1996), ABB First International Conference of IABG-Asian Devision di Tokyo, Jepang (1991), dan ASEAN- UNDP Rountable Meeting on Networking of Industrial Research Institute di Manila, Pilipina (1997).

2.      Sebagai Ahli Bahasa Indonesia
Meskipun Pak Mien dikenal sebagai pakar biologi, ia sangat peduli terhadap Bahasa Indonesia. Sejak tahun 1973, ia aktif dalam Panitia Pembinaan Bahasa Indonesia. Keaktifannya di Mabbim menghasilkan kamus istilah biologi. Ia juga terlibat dalam menyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia dan merevisi Pedoman Umum Pembentukan Istilah Indonesia. Dalam kegiatan bahasa yang lain, Pak Mien juga Kongres Bahasa Indonesia IV (1983) dan Kongres Bahasa Indonesia VI (1993). Pada tahun 2002 ia menjadi Ketua Badan Pertimbangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional (2002). Setelah bebas dari jabatan struktural, ia merintis program studi taksonomi tumbuhan di Pascasarjana Institut Pertanian Bogor serta membantu pelaksanaan program studi keanekaragaman hayati di Universitas Indonesia.

Sejumlah karya beliau antara lain:
1.     The Austra Pezizales in Herbarium of the Royal Botanic Gardens (1968)
2.     A Revision of the Genus Trichoderma (1969)
3.     Ikhtisar Klasifikasi Dunia Djamur (Bogor: Herbarium Bogoriense, 1971)
4.     Kode Internasional Tata Nama Tumbuh-Tumbuhan (Bogor: Herbarium Bogoriense, 1973)
5.     50 Gulma di Perkebunan (GPP Jatim dan BPPB, Bogor, 1975)
6.     Daftar Istilah Biologi (Jakarta: Pusat Bahasa, 1980)
7.     Kamus Mikologi (Jakarta: Pusat Bahasa, 1982)
8.     Daftar Istilah Warna (Jakarta: Pusat Bahasa, 1984)
9.     Beberapa Penyakit Tanaman Pangan-Padi dan Palawija (bersama Ramlan H., Bustaman M., dan Herman M., Bogor, 1985)
10.  Kamus Istilah Biologi untuk Pelajar (bersama Basuki T., Sutisna U., Prana M.S., dan Adisoemarto S., Jakarta: PusatBahasa, 1985)
11.  Kamus Biologi: Anatomi, Morfologi, dan Taksonomi Botani (bersama Widjaya E.A., Jakarta: Depdikbud, 1988)
12.  Keanekaragaman Hayati untuk Kelangsungan Hidup Bangsa (bersama D.S. Sastrapradja, S. Adisoemarto, K. Kartawinata, dan S. Sastrapradja, Bogor: Puslitbang Bioteknologi, LIPI, 1989)
13.  Mohammad Noer (bersama N.K.S. Hendrowinoto, Jakarta: yayasan Biografi Indonesia, 1991)
14.  Mengenal Nusantara Melalui Floranya (bersama S. Ssatrapradja, Bogor: KPPNN, 1991)
15.  Kamus Mikrobiologi (bersama R.S. Hadioetomo dan Ganjar, Jakarta: Pusat Bahasa, 1992)
16.  Kamus Biologi: Reproduksi, Genetika, dan Evolusi (Jakarta: Pusat Bahasa, 1993)
17.  Kamus Biologi: Fitopatologi (Jakarta: Pusat Bahasa, 1993)
18.  Glosarium Biologi (Jakarta: Pusat Bahasa, 1993)
19.  Lintasan Sejarah Madura (Surabaya: Yayayasan Lebbur Legga, 1993)
20.  Ut Taxonomian Defendamus (Jakarta: FMIPA, UI, !995)
21.  Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia (Yogyakarta: UGM Unversity Press (1995)
22.  Kamus Biologi: Sitologi (bersama E.A. Widjaja dan Ermitati, Jakarta: Pusat Bahasa, 1996)
23.  Kamus Biologi (Jakarta: Balai Pustaka, 1999)
Atas prestasinya dan sumbangsihnya yang gemilang, beliau mendapat banyak penghargaan baik di dalam negeri maupun luar negeri, antara lain:
1.     Tanda Jasa Kehormatan Satyalancana Karya Satya Kelas I sebagai Pakar Peneliti Teladan KMNRT (1990)
2.     Tanda Jasa Kehormatan Satyalancana Pembangunan (1992)
3.     Piagam Penghargaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1993)
4.     Bintang Jasa Utama (1997)
5.     ASEAN Senior Meritorious Award (2001)
6.     Piagam Penghargaan Menteri Riset dan Teknologi (2002)
7.     Piagam Penghargaan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (2003) (LS)

Dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar