Bagi para biologiwan
termasuk yang membidangi ilmu-ilmu tentang jamur (mikologi), tentu tidak asing
dengan ilmuwan yang satu ini. Sumbangsihnya yang besar di bidang biologi
membuatnya dikenal dunia. Hingga saat, ini karya-karya beliau sering menjadi
rujukan para pakar di bidang botani dan mikologi. Bahkan, buku terbaru yang
juga mejadi rujukan penulis yang berjudul “Trichoderma and Gliocladium”
karya Cristian P Kubicek dan Gary E. Harman (editor) juga merujuk karya beliau
yang cukup fenomenal. Beliau adalah Prof. Mien Achmad Rifai, M.Sc.,Ph.D. yang
akrab dipanggil Pak Mien.
Pak Mien lahir di Desa
Gapura Tengah, Sumenep, Madura, pada tanggal 1 Januari 1940 dari pasangan Mas
Atmosugondo dan H. Halimatusyabiah. Sejak sekolah dasar (1946) sampai dengan
sekolah menengah atas ia menetap di Pamekasan. Pada masa remaja ia tertarik
pada bidang budaya, sehingga ia bercita-cita menjadi seniman. Namun, orang
tuanya tidak merestuinya karena hidup sebagai seniman tidak akan mendapatkan
kehidupan yang baik. Akhirnya, ia memilih menjadi ilmuwan.
Setelah tamat SMA (1958),
ia melanjutkan sekolah di Akademi Pertanian Ciawi Bogor. Pada tahun 1961, ia
menyelesaikan pendidikan sarjana mudanya Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman
dengan spesialisasi pengendalian hama oleh jamur. Pada tahun 1962 ia mengikuti
tugas belajar di Universitas Sheffield, Inggris, dan magisternya diselesaikan
dalam waktu dua tahun. Sehingga, dalam usia 26 tahun ia berhasil meraih gelar
doktor.
Penemuan Spesies Baru Trichoderma
Berawal dari riset untuk
keperluan tesis masternya, Pak Mien harus meneliti tentang daur hidup
sekelompok jamur di inggris. Di tengah risetnya, beliau tertarik dengan
persoalan taksonomi jamur tanah yaitu Trichoderma. Pada waktu itu, orang
mengira hanya ada satu spesies Trichoderma di dunia, tapi kemudian
dibuktikan oleh Pak Mien ternyata ada 50 spesies. Hasil riset ini mengguncang
dunia mikologi. Oleh karena itu berdasarkan penemuannya, sistem klasifikasi Trichoderma
direvisi secara keseluruhan dan hal ini menjadi awal dari terbitnya karya
beliau yang berjudul “A Revision of The Genus Trichoderma”. Padahal itu
terjadi pada tahun 1964 ketika DNA belum digunakan sebagai alat identifikasi,
dan setelah ada metode identifikasi menggunakan karakter DNA, terbukti bahwa
riset beliau benar.
Beliau juga menemukan
berbagai kejanggalan sistem klasifikasi yang dianut para ilmuwan saat itu,
ketika membandingkan kelas jamur Discomycetes Pezizales di Australia. Beliau
mengususlkan perombakan besar-besaran dan menciptakan subordo Sarcocyphineae
Rifai dan Pezizineae Rehm emend Rifai. Beliau juga meredefinisi konsep dan menciptakan
14 marga baru. Dalam empat tahun terakhir, temuan dan nama Pak Mien telah
mendapat tempat mapan dan terhormat dalam kepustakaan mikologi internasional.
Temuannya di bidang taksonomi dan etnobotaninya telah dipublikasikan dalam 300
jurnal internasional, belum termasuk 30 buku tentang hal yang sama. Tak kurang
dari 80 jenis jamur juga menyandang nama Rifai yang tercantum di belakang nama
spesies, antara lain Trichoderma harzianum Rifai., Trichoderma
aureoviride Rifai., Trichoderma Puliluferum Webster & Rifai, dan
lain-lain.
Riset yang dilakukan Pak Mien
ini terbilang sangat luar biasa dan langka di dunia penelitian. Penemuan Pak Mien
tentang jamur membuat beliau menjadi kiblat bagi para ilmuan lainnya, jika ada
yang ingin melakukan riset tentang jamur. Beliau juga kerap dipercaya untuk
menjadi narasumber utama pada acara seminar nasional maupun internasional.
Setelah mendapatkan gelar Ph.D tahun 1967, Mien kembali ke Indonesia
Tidak cukup sampai di
situ, setelah melakukan penelitian dan observasi lapangan Pak Mien juga
menemukan lebih dari 100 tumbuhan baru yang belum bernama. Beliau pun
menambahkan nama Rifai di belakang nama tumbuhan yang ditemukannya.
Karir Keprofesian
1. Sebagai Ahli Jamur dan Botani
Pak Mien memulai kariernya
sebagai guru praktik zoologi di Akademi Pertanian Ciawi, Bogor, pada tahun
1960-1962. Ia juga pernah menjadi demonstrator botani di Universitas Sheffield,
Inggris (1963-1967). Pada tahun 1967, ia berkecimpung sebagai peneliti. Pada
tahun 1976 ia menjadi peneliti utama LIPI. Pada tahun 1993, Pak Mien diangkat sebagai
Guru Besar Luar Biasa di Universitas Indonesia (Jakarta) dan Institut Pertanian
Bogor dalam bidang biologi.
Jabatan yang pernah
diembannya, antara lain, Asisten Ilmu Hayat Herbarium Bogoriense, Bogor (1962),
Kepala Herbarium Bogoriense, Bogor (1968-1977), Asisten Direktur Ilmiah Lembaga
Biologi Nasional, LIPI, Bogor (1978-1985), Ketua Kelompok Peneliti Taksonomi
Herbarium Bogoriense, Bogor (1989), Staf Ahli Wakil Ketua LIPI (1978-1992),
Asisten II Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Pengembangan (1995),
Asisiten V Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Kebijakan (1998-2000), dan
Pjs. Sekretaris Jenderal Dewan Riset.
Selain itu, ada jabatan
lain yang pernah diembannya, yaitu sebagai Komisi Tetap di Komisi Ahli
Perpustakaan Biologi dan Pertanian, Departemen Pertanian (1968-1971), sebagai Standing
Committee of Botany, Pacific Science Assiociation, Hawai (1971-1974),
Sekretaris Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Nasional (1975-1996), Komisi Tetap
di Internasional Committee of Museum, Paris (1976-1992), sebagai Executive
Committee of International Mycological Association di London (1983-1990),
Komisi Tetap di Nomenclatural Committee for Fungi and Lichenes IAPT, New
York (1986-1993), Komisi Tetap di Dewan Riset Nasional, Jakarta (1993), Chairman
Flora Malesiana Foundation, Leiden (1995-2001), Panitia Akreditasi Jurnal
Ilmiah, Direktorat Pendidikan Tinggi (1995), Komisi Disiplin Ilmu Majelis
Pendidikan Indonesia (1995), dan Ketua Panel Riset Unggulan Terpadu Bidang
Lingkungan (2000).
Sebagai seorang ilmuwan,
Pak Mien banyak mengikuti pertemuan ilmiah, baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. Pertemuan ilmiah dalam negeri yang diikuti, antara lain, Biotrop
Indonesia National Meeting di Yogyakarta (1968), Simposium Fitopatologi
di Bogor (1970), Asia Pacific Weed Seince Society Conference di
Jakarta (1977), Pemanfaatan Biologi Terapan dalam Kewiraswastaan di Unsoed,
Purwokerto (1987, Sidang Mabbim Ke-35 di Bukittinggi (1996), Pelatihan
Penulisan Karya Ilmiah di Unair, Surabaya (1997), dan Seminar Nasional
Penggalang Taksonomi untuk Keperluan Masa Depan Indonesia di UNS, Solo (2003),
Pertemuan ilmiah di luar
negeri yang dihadiri oleh Pak Mien, antara lain, XII Pacific Science
Congress di Canberra, Australia (1971), First ASEAN Orchid Congress
di Bangkok (1975), Seminar on Tropical Fungal Ecologi di Inggris (1988),
Sidang Pakar Mabbim Ke-4 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam (1996), ABB First
International Conference of IABG-Asian Devision di Tokyo, Jepang (1991),
dan ASEAN- UNDP Rountable Meeting on Networking of Industrial Research
Institute di Manila, Pilipina (1997).
2. Sebagai Ahli Bahasa Indonesia
Meskipun Pak Mien dikenal
sebagai pakar biologi, ia sangat peduli terhadap Bahasa Indonesia. Sejak tahun
1973, ia aktif dalam Panitia Pembinaan Bahasa Indonesia. Keaktifannya di Mabbim
menghasilkan kamus istilah biologi. Ia juga terlibat dalam menyusun Kamus Besar
Bahasa Indonesia dan merevisi Pedoman Umum Pembentukan Istilah Indonesia. Dalam
kegiatan bahasa yang lain, Pak Mien juga Kongres Bahasa Indonesia IV (1983) dan
Kongres Bahasa Indonesia VI (1993). Pada tahun 2002 ia menjadi Ketua Badan
Pertimbangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional (2002). Setelah bebas dari
jabatan struktural, ia merintis program studi taksonomi tumbuhan di
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor serta membantu pelaksanaan program studi
keanekaragaman hayati di Universitas Indonesia.
Sejumlah karya beliau
antara lain:
1.
The
Austra Pezizales in Herbarium of the Royal Botanic Gardens (1968)
2.
A
Revision of the Genus Trichoderma (1969)
3.
Ikhtisar
Klasifikasi Dunia Djamur (Bogor: Herbarium Bogoriense, 1971)
4.
Kode
Internasional Tata Nama Tumbuh-Tumbuhan (Bogor: Herbarium Bogoriense, 1973)
5.
50
Gulma di Perkebunan (GPP Jatim dan BPPB, Bogor, 1975)
6.
Daftar
Istilah Biologi (Jakarta: Pusat Bahasa, 1980)
7.
Kamus
Mikologi (Jakarta: Pusat Bahasa, 1982)
8.
Daftar
Istilah Warna (Jakarta: Pusat Bahasa, 1984)
9.
Beberapa
Penyakit Tanaman Pangan-Padi dan Palawija (bersama Ramlan H., Bustaman M., dan
Herman M., Bogor, 1985)
10.
Kamus
Istilah Biologi untuk Pelajar (bersama Basuki T., Sutisna U., Prana M.S., dan
Adisoemarto S., Jakarta: PusatBahasa, 1985)
11.
Kamus
Biologi: Anatomi, Morfologi, dan Taksonomi Botani (bersama Widjaya E.A.,
Jakarta: Depdikbud, 1988)
12.
Keanekaragaman
Hayati untuk Kelangsungan Hidup Bangsa (bersama D.S. Sastrapradja, S.
Adisoemarto, K. Kartawinata, dan S. Sastrapradja, Bogor: Puslitbang
Bioteknologi, LIPI, 1989)
13.
Mohammad
Noer (bersama N.K.S. Hendrowinoto, Jakarta: yayasan Biografi Indonesia, 1991)
14.
Mengenal
Nusantara Melalui Floranya (bersama S. Ssatrapradja, Bogor: KPPNN, 1991)
15.
Kamus
Mikrobiologi (bersama R.S. Hadioetomo dan Ganjar, Jakarta: Pusat Bahasa, 1992)
16.
Kamus
Biologi: Reproduksi, Genetika, dan Evolusi (Jakarta: Pusat Bahasa, 1993)
17.
Kamus
Biologi: Fitopatologi (Jakarta: Pusat Bahasa, 1993)
18.
Glosarium
Biologi (Jakarta: Pusat Bahasa, 1993)
19.
Lintasan
Sejarah Madura (Surabaya: Yayayasan Lebbur Legga, 1993)
20.
Ut
Taxonomian Defendamus (Jakarta: FMIPA, UI, !995)
21.
Pegangan
Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia
(Yogyakarta: UGM Unversity Press (1995)
22.
Kamus
Biologi: Sitologi (bersama E.A. Widjaja dan Ermitati, Jakarta: Pusat Bahasa,
1996)
23.
Kamus
Biologi (Jakarta: Balai Pustaka, 1999)
Atas prestasinya dan sumbangsihnya yang gemilang, beliau
mendapat banyak penghargaan baik di dalam negeri maupun luar negeri, antara
lain:
1.
Tanda
Jasa Kehormatan Satyalancana Karya Satya Kelas I sebagai Pakar Peneliti Teladan
KMNRT (1990)
2.
Tanda
Jasa Kehormatan Satyalancana Pembangunan (1992)
3.
Piagam
Penghargaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1993)
4.
Bintang
Jasa Utama (1997)
5.
ASEAN
Senior Meritorious Award (2001)
6.
Piagam
Penghargaan Menteri Riset dan Teknologi (2002)
7.
Piagam
Penghargaan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (2003) (LS)
Dari berbagai
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar