Penggerek buah kakao (Conopomorpha
cramerella Snellen.)
merupakan salah satu hama utama yang menjadi ancaman serius pada tanaman kakao.
Serangan PBK dapat menurunkan produksi lebih dari 80% dan sulit
dikendalikan. Kehilangan hasil akibat serangan PBK di Indonesia
dirasakan cukup tinggi dengan luas serangan mencapai lebih dari
70.000 ha yang tersebar hampir di seluruh propinsi penghasil kakao utama
di Indonesia.
Penggerek buah kakao memiliki beberapa
musuh alami, salah satunya adalah parasitoid genus dari Trichogramma. Trichogramma
1.
Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan yang perlu disiapkan adalah
-
Tabung reaksi/test tube
-
Box pemeliharaan/rearing
-
Tabung peneluran (terbuat dari paralon
berdiameter 9 cm, tinggi 20 cm)
-
Cawan petri berdiameter 15 cm
-
Kuas halus
-
Saringan teh
-
Cutter
-
Gunting
-
Kertas saring
-
Pakan (campuran pakan ayam dan jagung
giling dengan perbandingan 1:1)
2. Perbanyakan telur Corcyra
cephalonica
Imago C. cephalonica yang diperoleh dari gudang penyimpanan
beras/jagung dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tabung peneluran. Tiap tabung
diisi sekitar 20-40 imago yang terdiri dari imago jantan dan betina. Kedua
lubang tabung ditutup dengan tutup tabung berkasa, kemudian diletakkan secara
vertikal (berdiri). Tabung peneluran bagian bawah dialasi cawan petri
berdiamater 15 cm yang telah diberi kertas saring sesuai ukuran cawan petri,
kemudian diinkubasikan di tempat gelap agar imago cepat berkopulasi. Telur
dapat dipanen setiap hari hingga imago mati dan berhenti bertelur. Pemanenan
telur dilakukan dengan cara menyapu telur yang diletakkan imago betina di
lubang kasa maupun yang terkumpul di kertas saring dengan menggunakan kuas
halus. Telur-telur yang terkumpul kemudian disaring menggunakan saringan teh
agar diperoleh telur-telur yang bersih. Telur-telur hasil panen sebagian
digunakan untuk pemerangkapan parasitoid telur (Trichogramma sp. )
Penggerek Buah Kakao (PBK) di lapangan.
3.
Pemeliharaan larva C cephalonica
Sebagian telur hasil panen dipelihara di dalam box pemeliharaan. Box
pemeliharaan diisi pakan agar larva yang baru menetas dapat langsung
mengonsumsi pakan yang tersedia, dan diinkubasikan hingga larva tumbuh besar.
Larva instar terakhir dimanfaatkan untuk perbanyakan massal NPS secara in
vivo, dan sisanya dipelihara untuk kepentingan lebih lanjut.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus