Pseudomonas
fluorescens umumnya
merupakan bakteri saprofit nonpatogenik
yang mengoloni tanah, air, dan perakaran tanaman atau daerah perakaran
(Rizosfer). Bakteri ini bersifat gram negatif, berbentuk batang (basil),
berflagela, serta dapat memendarkan cahaya berwarna hijau atau biru jika
diamati di bawah sinar ultraviolet. Perpendaran cahaya yang dikeluarkan bakteri
ini biasanya terjadi jika berada pada lingkungan dengan kadar senyawa besi
rendah. Bersifat aerob obligat, kecuali beberapa strain yang dapat memanfaatkan
NO3 sebagai akseptor elektron di lingkungan yang penuh oksigen.
Bakteri ini juga dapat bergerak (motil) karena memiliki flagela polar dan dapat
hidup dengan kebutuhan nutrisi yang sederhana, serta tumbuh baik pada media
yang mengandung mineral garam dan sejumlah substrat sebagai sumber karbon
(Palleroni, 1984 dalam Ganeshan dan Kumar, 2007). Dalam beberapa kasus, P. fluorescens juga sering dijumpai
sebagai bakteri endofit yang dapat menekan penyakit tanaman (Muthukumar et. al., 2010). Menurut Brenner et. al. (2005), Pseudomonas
fluorescens telah teridentifikasi sebanyak lima biovar (biotipe).
Pseudomonas
fluorescens
merupakan bakteri antagonis yang dalam dekade tahun
terakhir ini sedang
dikembangkan untuk mengendalikan penyakit tanaman. Pemanfaatan P. fluorescens
sebagai Agens pengendali hayati didasarkan pada kemampuannya
menghambat patogen tanaman melalui
mekanisme antibiosis, toksik, kompetisi nutrisi dan tempat
tumbuh, dan ketahanan
terimbas (ISR). Selain itu, P. fluorescens juga
berperan membantu tanaman dalam mengoptimalkan penyerapan unsur hara tanah
melalui mekanisme PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria).
Pseudomonas
fluorescens tidak hanya mampu
menghambat patogen tanaman dari golongan bakteri, tetapi juga dari golongan
cendawan dan virus. Kemampuan P. fluorescens dalam menyerap ion besi (Fe3+)
juga merupakan keunggulan tersendiri yang dimilikinya, sehingga dapat membatasi
kebutuhan ion besi bagi patogen serta mengurangi cemaran residu lingkungan,
mekanisme seperti ini disebut siderofor.
Shen et. al.
(2013) melaporkan hasil penelitiannya bahwa formulasi tepung P. fluorescens
dengan konsentrasi 9,9x1011 cfu, mampu menekan penyakit
virus pada tanaman tembakau (Tobacco Mosaic Virus) sebesar 89,3% secara in vitro. Sementara itu, hasil
penelitian Kandoliya dan Vakharia (2012) menunjukkan bahwa P. fluorescens
mampu menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum f.sp. ciceri sebesar
83,5% secara in vitro.
PUSTAKA
Ganeshan G dan Kumar A. M. 2007. Pseudomonas fluorescens,
Potential Bacterial Antagonist to Control Plant Diseases. Journal of Plant
Interactions. 1 (3). Pp. 123-134
Muthukumar A., R. Bhaskaran, dan K.
Sanjeevkumar. Efficacy of Endophytic Pseudomonas
fluorescens
(Trevisan) migula. against Chilli Damping-off. Journal of Biopesticides 3 (1). Pp.
105-109.
Brenner D. J., Noel R. Krieg, and James T. Stanley.
2005. The Proteobacteria. Pp 323 in: George M. Garrity (Ed), Bergey’s
Manual of Systematic Bacterology (2th edition) Vol. 2, Part C.
Springer: Michigan,USA.
Shen L, et. al. . 2014.
Control of Tobacco Mosaic Virus by Pseudomonas fluorescens CZ Powder
in Greenhouses and the field. Crop Protection Journal. 56 (2).
Pp. 87-90.
Kandoliya U. K. and D.N. Vakharia. 2013.
Antagonistic effect of Pseudomonas fluorescens against Fusarium
oxysporum f.sp. Ciceri
causing Wilt in Agricultural Research Communication Centre
Journal. 36 (6). Pp. 569-575.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar