Selasa, 15 Januari 2019

MENGENAL Pseudomonas fluorescens (Trevisan.) Migula. SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI


Pseudomonas fluorescens umumnya merupakan bakteri  saprofit nonpatogenik yang mengoloni tanah, air, dan perakaran tanaman atau daerah perakaran (Rizosfer). Bakteri ini bersifat gram negatif, berbentuk batang (basil), berflagela, serta dapat memendarkan cahaya berwarna hijau atau biru jika diamati di bawah sinar ultraviolet. Perpendaran cahaya yang dikeluarkan bakteri ini biasanya terjadi jika berada pada lingkungan dengan kadar senyawa besi rendah. Bersifat aerob obligat, kecuali beberapa strain yang dapat memanfaatkan NO3 sebagai akseptor elektron di lingkungan yang penuh oksigen. Bakteri ini juga dapat bergerak (motil) karena memiliki flagela polar dan dapat hidup dengan kebutuhan nutrisi yang sederhana, serta tumbuh baik pada media yang mengandung mineral garam dan sejumlah substrat sebagai sumber karbon (Palleroni, 1984 dalam Ganeshan dan Kumar, 2007). Dalam beberapa kasus, P. fluorescens juga sering dijumpai sebagai bakteri endofit yang dapat menekan penyakit tanaman (Muthukumar et. al., 2010). Menurut Brenner et. al. (2005), Pseudomonas fluorescens telah teridentifikasi sebanyak lima biovar (biotipe).

Pseudomonas fluorescens merupakan bakteri antagonis yang dalam dekade tahun terakhir ini sedang dikembangkan untuk mengendalikan penyakit tanaman. Pemanfaatan P. fluorescens sebagai Agens pengendali hayati didasarkan pada kemampuannya menghambat patogen tanaman melalui mekanisme antibiosis, toksik, kompetisi nutrisi dan tempat tumbuh, dan ketahanan terimbas (ISR). Selain itu, P. fluorescens juga berperan membantu tanaman dalam mengoptimalkan penyerapan unsur hara tanah melalui mekanisme PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria).

Pseudomonas fluorescens tidak hanya mampu menghambat patogen tanaman dari golongan bakteri, tetapi juga dari golongan cendawan dan virus. Kemampuan P. fluorescens dalam menyerap ion besi (Fe3+) juga merupakan keunggulan tersendiri yang dimilikinya, sehingga dapat membatasi kebutuhan ion besi bagi patogen serta mengurangi cemaran residu lingkungan, mekanisme seperti ini disebut siderofor.

Shen et. al. (2013) melaporkan hasil penelitiannya bahwa formulasi tepung P. fluorescens dengan konsentrasi 9,9x1011 cfu, mampu menekan penyakit virus pada tanaman tembakau (Tobacco Mosaic Virus) sebesar 89,3% secara  in vitro. Sementara itu, hasil penelitian Kandoliya dan Vakharia (2012) menunjukkan bahwa P. fluorescens mampu menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum f.sp. ciceri sebesar 83,5% secara in vitro.  









PUSTAKA
Ganeshan G dan Kumar A. M. 2007. Pseudomonas fluorescens, Potential Bacterial Antagonist to Control Plant Diseases. Journal of Plant Interactions. 1 (3). Pp. 123-134

Muthukumar A., R. Bhaskaran, dan K. Sanjeevkumar.  Efficacy of Endophytic Pseudomonas fluorescens (Trevisan) migula. against Chilli Damping-off. Journal of Biopesticides 3 (1). Pp. 105-109.

Brenner D. J., Noel R. Krieg, and James T. Stanley. 2005. The Proteobacteria. Pp 323 in: George M. Garrity (Ed), Bergey’s Manual of Systematic Bacterology (2th edition) Vol. 2, Part C. Springer: Michigan,USA.

Shen L, et. al. . 2014. Control of Tobacco Mosaic Virus by Pseudomonas fluorescens CZ Powder in Greenhouses and the field. Crop Protection Journal. 56 (2). Pp. 87-90.

Kandoliya U. K. and D.N. Vakharia. 2013. Antagonistic effect of Pseudomonas fluorescens against Fusarium oxysporum f.sp. Ciceri causing Wilt in Agricultural Research Communication Centre Journal. 36 (6). Pp. 569-575.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar