Xenorhabdus merupakan bakteri yang bersimbiosis dengan
nematoda patogen seranga, khususnya dari genus Steinernema.
Steinernema
memiliki empat stadia sebelum dewasa, tetapi hanya
stadia ketiga yang dapat bertahan di luar serangga inang dan dapat bergerak
dari inang yang satu ke inang yang lain. Stadia ketiga juvenil ini sering
disebut dengan juvenil infektif (JI). Juvenil infektif membawa sel bakteri Xenorhabdus di
bagian anterior usus (intestine).
Ketika juvenil infektif masuk ke dalam haemocol
inang, sel bakteri di keluarkan. Bakteri berkembang biak dan memenuhi tubuh
serangga melalui proses transfusi darah serangga, sehingga menyebabkan kematian
serangga dengan gejala septikemia, biasanya dalam waktu 24-48 jam. Hasil
perombakan jaringan serangga yang dijadikan makanan untuk Steinernema membantu perkembangbiakan Steinernema hingga menjadi juvenil infektif stadia
ketiga kemudian berganti kulit sampai stadia keempat sebelum menjadi dewasa
jantan dan betina dalam satu generasi. Setelah kawin, betina meletakkan telur
dan menetas menjadi juvenil stadia pertama dan berganti kulit menjadi stadia
kedua, ketiga, dan keempat. Juvenil stadia keempat berkembang menjadi jantan
dan betina dewasa pada generasi kedua, begitu seterusnya. Steinernema berkembang biak secara ovovivipar, artinya
telur menetas hingga menjadi beberapa stadia
di dalam tubuh induk betina.
Reproduksi
Steinernema terus berlangsung sampai sumber nutrisi
dalam tubuh inang habis. Biasanya terjadi dua sampai tiga generasi. Jika suplai
makanan terbatas, telur dihasilkan oleh betina generasi pertama dan berkembang
langsung menjadi juvenil infektif dan juvenil stadia kedua akhir berhenti makan
serta berada di dalam vesikel bersama bakteri simbion, kemudian berganti kulit
untuk tahap prainfeksif dan infeksif dengan mempertahankan kutikula sebagai
selubung. Juvenil infektif kemudian meninggalkan inang untuk mencari inang yang
baru. Juvenil infektif dapat bertahan tanpa makanan selama beberapa bulan
sampai mendapatkan inang yang baru (Adams dan Nguyen, 2002). Siklus hidup sebagian besar Steinernema mulai dari menginfeksi
sampai muncul JI generasi baru berkisar 7-10 hari.
Menurut Noël Boemare (2002), Xenorhabdus terjadi secara alami di
dalam vesikel usus pada Steinernema fase juvenile infektif. Sel Xenorhabdus
merupakan bakteri anaerobik fakultatif, berbentuk batang dengan ukuran 0,3-2 ×
2-10 m, dan bersifat gram negatif. Suhu optimum untuk pertumbuhannya sekitar
28°C, namun beberapa strain mampu tumbuh pada suhu 40°C. Bakteri Xenorhabdus bereaksi katalase negatif dan tidak dapat
merubah nitrat menjadi nitrit. Xenorhabdus hanya berasal dari lumen usus
nematoda patogen serangga, terutama dari famili Steinernematidae.
Selama
ini, Steinernema dianggap sebagai aktor utama penyebab
kematian serangga hama. Namun, jika dikaji lebih dalam, sebetulnya yang paling
berperan penting di balik kematian serangga adalah Xenorhabdus,
bukan Steinernema yang sebetulnya hanya berperan sebagai agen
pembawa (carier) agar Xenorhabdus
dapat mencapai hemocol serannga. Xenorhabdus
yang dilepaskan oleh Steinernema
langsung mendegradasi dinding melalui peristiwa enzimatis. Xenorhabdus juga mampu mengeluarkan toksin yang dapat
menginfeksi dan melumpuhkan serangga dalam waktu singkat. Webster et. al. (2002), menyebutkan bahwa Xenorhabdus
mampu menghasilkan senyawa antibiotic, antimycotic, insektisidal,
dan antiviral, dan toksin berupa xenorhabdin, xenorxides, xenocoumacins,
nematophin dan derivatnya, isoflavonoids; genistein, hydroxystilbenes,
nucleocides; puromycin, dan macrolides; maduromycin
II. Mc. Inerney (1991) melalui
penelitiannya menyatakan bahwa perlakuan pengumpanan Xenorhabdin 2 mampu
menyebabkan 100% mortalitas Heliothis punctigera dengan dosis 150µg per
cm2 dengan LC50 sebesar 59,5 µg per cm2.
Xenorhabdus juga relatif mudah diisolasi dan dikembangbiakkan secara massal.
Keunggulan-keunggulan Xenorhabdus ini menginspirasi penulis untuk mengkajinya
lebih dalam dan selanjutnya dimanfaatkan sebagai agens pengendali hayati.
References:
Noël Boemare 2002.
Biology, Taxonomy and Systematics of Photorhabdus and Xenorhabdus Taxonomy and Systematics. Pp 1-28 in: Parwinder S. Grewal, Ralf-Udo Ehlers, David I. Shapiro-Ilan (Eds), Nematodes as Biocontrol Agents. CAB
International, Wallingford, Oxford
Webster, J. M., Genhui Chen,
Kaiji Hu, dan Jianxiong Li. 2000. Bacterial Metabolites. Pp 99. in:
R. Gaugler and H. K. Kaya (Eds), Entomopathogenic Nematode in Biological
Control. CRC Press, Boca Raton, Florida
Adams. J. B. dan Khuong B Nguyen 2002.
Taxonomy and Systematics. Pp 1-28 in: Parwinder S. Grewal, Ralf-Udo Ehlers, David I. Shapiro-Ilan (Eds), Nematodes as Biocontrol Agents. CAB International,
Wallingford, Oxford
Tidak ada komentar:
Posting Komentar